Islam itu Indah.Islam itu lembut.Islam itu Pemaaf. Islam itu Pelindung. Islam itu Damai. Islam Penuh Kasih pada Sesama.Islam itu Toleran. Namun Islam itu Kehormatan, maka Jangan Usik Kehormatan Islam

Mahabbah

Mahabbah adalah kata yang sangat dahsyat yang siapapun diterpa olehnya akan hanyut dan tenggelam dalam kenikmatan. Mahabbah atau cinta adalah belenggu jiwa terhadap sesuatu yang membuatnya mabuk dalam kenikmatan. Mahabbah adalah adalah naungan kenikmatan dan keindahan bertemunya rasa dan jiwa.

Mahabbah adalah letupan rasa yang menyala-menyala yang membakar rasa dan jiwa ketika merasakan adanya kehadiran Yang di cintainya. Mahabbah adalah dambaan orang yang melakukan pendakian untuk mencapai pada titik puncak kehanyuran rasa dan jiwa meski dia harus terbunuh olehnya.

Cinta-Gila

Jika orang telah jatuh cinta maka pada semua kondisi dan kesempatan yang ada dalam angan, pikiran, rasa dan hatinya adalah apa yang dicintainya. Jika seorang laki-laki menjatuhkan cintanya pada seorang wanita, maka dalam pikiran dan jiwanya yang terlihat dan tergambar adalah nama dan wajah wanita itu dimanapun dan kapanpun.

Ketika dia bertemu dengan seseorang di jalanan maka yang terlihat adalah wanita itu. Manakala dia makan, maka alam pikirannya akan menampakkan wajah wanita itu dalam piring nasinya. Jika dia berucap, maka nama wanita itu yang keluar dari ucapannya. Inilah totalitas cinta jika telah mencengkeram dan menguasai seseorang yang siapapun tak akan sanggup menolak ddan keluar darinya. Sangat dahsyat.

Ini baru kisah cinta manusia saja telah menampakan keadaan yang sangat dahsyat yang cenderung membuat orang kehilangan kesadaran diri, mabuk oleh manisnya sebuah cinta diantara makhluk ciptaan Allah. Apalagi jika Allah menganugerahkan rasa cinta makhluk terhadap-NYA, tentulah lebih dahsyat dari itu.

Alkisah, ketika Nabi Musa As, bertemu dengan seorang pemuda sederhana yang tengah berkebun, pemuda itu lantas mendekati Nabi Musa As 

" Wahai Nabi Musa, do'a kanlah untukku agar aku bisa mencintai-NYA sebesar satu jazzrah saja "

Nabi Musa menjawab :

"Engkau tidak akan sanggup membawanya ". Pemuda itupun berkata lagi :

" Baiklah, do'a kan saja agar aku mencintai-NYA setengah zarrah saja "

Suatu ketika, ketika Nabi Musa melewati kebun dimana pemuda itu berada, namun beliau tidak lagi menemukan sang pemuda itu. Kemudian Nabi Musa mencari kabar tentangnya pada orang-orang di sekitarnya.

" Dia telah gila dan kini berada di puncak gunung sendirian ", jelas orang-orang.

Dari dialog ini, dapatlah suatu gambaran bagiaman orang yang telah terhujam rasa cinta pada Allah meski hanya sebesar setengah zarrah telah menbuatnya hilang kesadarannya. Pemuda yang hilang kesadarannya, melarikan diri di tempat yang sunyi untuk menikmati keindahan rasa cinta itu.

Adapula satu cerita dari seorang pandai besi (di suatu daerah di Irak) yang setiap hari berhadapan dengan nyala api yang sangat panas, namun manakala dia mendengar suara adzan berkumandang yang terasa sangat dahsyat mampu menghilangkan kesadarannya sehingga besi yang sangat panas yang berada ditungku diambil dengan tangannya tanpa rasa panas sedikitpun.

Syeh Siti Jenar dan Ibnu Mansyur al-Hallaj adalah contoh dua orang mati karena cinta yang telah menghujam pada rasa dan jiwanya. Dia yang menerima cinta pada Allah telah mengalami ekstase, sehingga yang datang adalah ketidak sadaran atau bagi orang awan adalah ketidak warasan.

Bagiamana orang sanggup memikul dan melepaskan diri dari cinta ketika cinta pada Allah telah menghujam pada dirinya yang membakar seluruh organ rohaniahnya, maka orang akan mengalami apa yang di sebut ekstase atau mabuk cinta dan hilang kesadaran dirinya sehingga akan tenggelam dalam kenikmatan cinta.

Jika naungan Rahman dan Rahim Allah telah menaunginya dan melingkupinya, sementara rasa dan jiwa telah memahaminya dan menangkapnya sebagai suatu anugerah yang sangat luar biasa, maka meledaklah cinta dalam dirinya yang menghempaskan rasa dan kesadaran diri.

Ini adalah tingkatan bagi orang-orang yang manapaki tangga makrifatullah yang telah melewati tangga taubah, taqwa, tawwakal, sabar dan ikhlas menuju tangga cinta sejati, cinta pada Allah dan cinta pada Rasulullah, Sang Utusan Allah. Mereka adalah pejuang yang tidak pernah mengalami kelelahan dan rasa capek. Mereka adalah pejuang-pejuan yang haus kenikmatan cinta.

Namun demikian, para pendaki yang telah mengalami ekstase bukanlah akhir dari titik puncak pendakian, sebab Rasulullah adalah orang yang sangat mencintai Allah dan Allah mencintai beliau, namun beliau tidak pernah mengalami ekstase dalam cinta. Beliau selalu dalam keadaan terjaga. Inilah yang disebut makna mahabbah.

Jadi sesungguhnya ekstase karena cinta bukanlah tangga tertinggi dalam pendakian dan tujuan pendakian, namun kesadaran dalam mencintai itulah puncak pendakian.bagi orang-orang makrifat.

Mahabbah dan Taqwa

Mahabbah pada Allah adalah totalitas menjalankan semua perintah dadn amanat yang disandangnya tanpa menghiraukan keadaan diri dengan aturan-aturan dan prosedur baku yang telah ditetapkannya. Mahabbah adalah rasa takluk pada semua aturan dan ketetapan pada yang diperintahkan dan diturunkan dari Yang dicintainya tanpa persyaratan dan keenggenan sedikitpun.

Mahabbah tanpa dasar dari taqwa adalah omong kosong sebab taqwa adalah jenjang pendakian menuju cinta pada Illahi. Mahabbah tanpa ikatan tawwakal adalah isapan jempol, sebab tawwakal adalah prasangka baik. Mahabbah tanpa ikhlas adalah adalah bohong, sebab ikhlas adalah totalitas penerimaan terhadap kehendak.

Buku Tamu



Artikel Lain