Islam itu Indah.Islam itu lembut.Islam itu Pemaaf. Islam itu Pelindung. Islam itu Damai. Islam Penuh Kasih pada Sesama.Islam itu Toleran. Namun Islam itu Kehormatan, maka Jangan Usik Kehormatan Islam

Makna Ibadah Haji

Ibadah haji ke tanah suci adalah ibadah kesempurnaan dari rukun Islam, sesudah syahadat, sholat, zakat dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang di khususkan bagi mereka yang mampu secara lahiriah dan bathiniah, dari mulai fisik, materi untuk perjalanan dan mental. Mari kita kupas makna dari iabadah haji.

Thawaf

Gerakan thawaf adalah gerakan mengelilingi Ka'bah dengan posisi Ka'bah di sebelah kiri. Gerakan memutar dan mengelilingi Ka'bah dengan titik tempat Ka'bah sebagai pusat garis edar. Gerakan thawaf adalah gerakan garis edar planet dengan pusat edar adalah Kekuasaan Allah yang menciptakan semua yang ada di bumi dan langit dan diantara keduanya.

Ada makna yang bisa kita petik dari gerakan thawaf yakni sebagaimana dalam kitab Suci Al-Qur'an :

 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun". ( AL ISRAA'  ayat 44)"

"Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya {1044}, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan". (AN NUUR (Cahaya) ayat 41)

"Semua yang ada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana " ( Al Hadiid ayat 1)

Dari sini, kita mendapatkan suatu tuntunan bagaimana yang seharusnya kita lakukan dalam beribadah, dalam berdo'a  dan dalam menghadap Allah. Pelajaran dari gerakan thawaf adalah pelajaran tauhid, sendi dari semua peribadatan kita pada Allah. Sebab dengan tauhid lah kita bisa sampai peribadatan yang penuh ridhlo Allah.

Dalam beribadah dan berdo'a pemusatan pikiran, hati, kehendak dan pencapaian adalah semata-mata tertuju untuk memperoleh ridhlo Allah, sebab begitulah cara peribadatan yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat. semuanya kembali dan tertuju pada Allah, bukan yang lain.

Sa'i

Sa' adalah berjalan (dan berlari kecil) antara bukit Shafa dan Marwah yang berasal dari kejadian salah seorang isteri Nabi Ibrahim (Siti Hajar) ketika mencari air untuk anak bayinya ( Nabi Ismail ). Arti Shafa sendiri adalah "kejernihan" dan Marwa adalah "Kepuasan". 

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS, Ibrahim: 37

Nabi Ibrahim sebenarnya sangat berat dan iba untuk meninggalkan isteri dan anak satu-satunya di tempat kering dan tandus, namun Nabi Ibrahim karena dorongan rasa cintanya pada Allah dan diperintahkan untuk meninggalkan anak dan isterinya, beliapun tetap pada pendiriannya untuk melaksanakan perintah itu dan menyerahkan secara bulat atas nasib anak isteri pada Allah.

Makna yang terkandung dalam peristiwa ini adalah cintailah Allah (dan Rasul-NYA) melebihi kecintaan terhadap apapun : Harta, kedudukan dan keluarga semata-mata untuk menjalankan semua perintah-NYA (Taqwa) dan menepis semua halangan serta rintangan yang ada semata-mata untuk mencapai ridhlo Allah.

Ini adalah pelajaran dasar ke-taqwa-an yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim yang bergelar Khalilluah. Ke-taqwaan-an hanya bisa diraih dengan landasan keimanan (tauhid) yang tegak dengan hati dan pikiran yang jernih (Shafa) melalui perjuangan yang berulang-ulang untuk mencapai ridhlo Allah ( Marwah)

Turun naik dalam pendakian menuju kesucian dan kejernihan hati dan pikiran yang mungkin sangat melelahkan, namun begitulah yang namanya proses pendakian yang tidak mengenal haus dan lelah semata-mata untuk mencapai ridhlo Allah dan kedekatan pada-NYA. Kelelahan yang tidak hanya fisik namun juga mental, sebab sesungguhnya Allah hanya melihat apa yang ada dipikiran dan hati kita dan bukan masalah fisik.

Kisah Nabi Ibrahim juga memberikan pelajaran bagi kita tentang totalitas penyerahan diri (tawakal) semata-mata Allah meski yang kita hadapai adalah padang tandus, tanpa makanan, minuman dan tempat berteduh. Ini inti tawakal.






Buku Tamu



Artikel Lain